MODUL
7
KONSEP
DASAR SOSIOLOGI
Kegiatan Belajar 1
Konsep Individu, Kelompok,
dan Masyarakat
1. Konsep
Individu (hal 7.3 – 7.5)
Individu menunjuk pada pribadi dan
menurut ilmu sosiologi individu adalah subjek yang melakukan sesuatu, punya
pikiran, kehendak, kebebasan, member arti pada sesuatu dan mampu menilai
tindakan dan hasil tindakannya sendiri.
Manusia adalah Zoon Politicon; makhluk yang selalu
hidup dalam bermasyarakat (Aristoteles).
Manusia itu harus hidup bermasyarakat (Ibnu Khaldun). Individu berasal dari
kata in-divere;tidak dapat dibagi-bagikan/manusia yang berdiri sendiri, manusia
perorangan. Manusia ada 2 bagian yaitu; fisik/konkret dan nonfisik/abstrak.
2. Kelompok
dan Masyarakat (hal 7.5-7.16)
Masyarakat adalah golongan
besar/kecil teridiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya
bertalian secara golongan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
a.
Individu sebagai makhluk social
Manusia
adalah individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan sesame
manusia dalam menjalani kehidupannya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan
yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”. Oleh karena itu manusia disebut
juga “social animal” yaitu hewan social yang mempunyai naluri untuk senantiasa
hidup bersama.
b.
Kelompok social
Kelompok
terbentuk melalui proses interaksi dan proses social. Menurut Soekarno
(1982:111), persyaratan kelompok social:
1) Adanya kesadaran dari anggota kelompok
tersebut bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2) Adanya
hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan lainnya.
3) Adanya
suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan yang
merupakan unsure pengikat atau pemersat (Nasib, kepentingan, tujuan atau
ideology).
4) Berstruktur;berkaidah
dan mempunyai pola perilaku.
Proses penyesuaian diri yang dilakukan individu dalam
kelompoknya menjurus ke proses sosialisasi dimana menurut Buhler disebut
sebagai proses yang membantu individu-individu melalu belajar dan penyesuaian
diri-bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dapat berperan serta
berfungsi bagi kelompoknya.
c.
Macam-macam kelompok social
1) Klasifikasi
tipe kelompok social
Mac Iver dan Page; penggolongan
kelompok social dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota individunya (monad,
dyad, triad), derajat interaksi sosialnya, kepentingan dan wilayah serta ukuran
derajat organisasi,
2) Kelompok
social dipandang dari sudut individu
Dapat dilihat dari keterlibatan
individu dengan kelompok social dimana ia tinggal (masyarakat
sederhana/kompleks). Ada derajat dan arti tertentu bagi individu- individu
sehubungan dengan kenaggotaanny dalam kelompok social.
3) In
Group dan Out Group
Konsep ini merupakan pencerminan dari adanya
kecenderungan sikap “etnocentrisme” dari individu-individu dalam proses
sosialisasidengan kelompoknya. Sikap in group biasanya didasari oleh perasaan
simpati dan out grup didasari antipasti/antagonism.
4) Primary
Group dan Secondary Group
Coorley menyatakan primary groups adalah kelompok-kelompok
yang ditandai cirri-ciri mengenal antara anggotanya serta kerja sama yang erat
yang bersifat pribadi. Selo Soemarjan menyatakan bahwa primary group merupkan
kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi
diantara anggotanya.
Rouceck dan Warren menyatakan bahwa secondary group
sebagai kelompok- kelompok besar yang terdiri dari banyak orang antara siapa
dan hubungannya tak perlu berdasarkan saling kenal secara pribadi dan sifatnya
tidak begitu langgeng.
5) Gemeinschaft
dan Gesselschaft
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa
gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang bersifat alami dan dasar hubungan tersebut adalah rasa
cinta, kesatuan batin yang telah dikodratkan (keluarga, kelompok kekerabatan,
rukun tetangga).
Gesselschaft kebalikan dari gemeinschaft; ikatan yang
lahir bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan
strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin (ikatan antar pedagang,
organisasi dalam suatu pabrik/industry)
Ciri-ciri Gemeinschaft menurut Tonnies;
a) Intimate:
hubungan menyeluruh yang mesra sekali
b) Private:
hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja
c) Exlusive:
hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk orang diluar “kita”
3 tipe
gemeinschaft menurut Tonnies:
a) Gemeinschaft
by blood: berdasarkan keturunan/darah (keluarga, kekerabatan)
b) Gemeinschaft
of place: berdasarkan kedekatan tempat tinggal (RT, RW)
c) Gemeinschaft
of mind: berdasarkan kesamaan ideology.
6) Formal
Group dan informal Group
Formal group/association merupakan kelompok yang
mempunyai peraturan yang
tegas yang diciptakan untuk mengatur hubungan antar
anggotanya (perkumpulan
pelajar, himpunan wanita, persatuan sarjana) Informal
group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti.
7) Kelompok-kelompok
social yang tidak teratur
Kelompok social yang tidak teratur dapat digolongkan
menjadi 2 : kerumunan dan
politik.
a) Kerumunan/Crowd
Suatu kelompok manusia yang bersifat sementara, tidak
terorganisir, dan tidak
mempunyai seorang pemimpin. Cirri; interaksi bersifat
spontan, orang dalam kerumunan mempunyai kedudukan yang sama.
Beberapa macam kerumunan: kerumunan formal, kerumunan
ekspresif, kerumunan sementara, kerumunan orang panic, kerumunan penonton,
kerumunan yang berlawanan dengan hukum.
b) Publik
Merupkan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Setiap
aksi public dipengaruhi
oleh keinginan individu.
8) Masyarakat
pedesaan (rural Community) dan masyarakat perkotaan
·
Masyarakat setempat (community
komunitas), cirri utamaya adalah social relationship antar anggotanya.
·
Masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan
Ciri menonjol
masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekanto:
a) Kehidupan
keagamaan: Desa mengarah ke agamis, kota lebih ke sekuler.
b) Kemandirian,
di desa orang kurang berani menghadapi orang lain dengan latar belakang
berbeda.
c) Pembagian
kerja, kota pembagian kerja lebih tegas dan jelas
d) Jalan
Pikiran; kota memiliki pola piker rasional
e) Perubahan
social; kota memungkinkan perubahan social lebih berguna dibanding warga desa
karena masyarakat perkotaan lebih terbuka bagi adanya perubahan.
Kegiatan
Belajar 2
Interaksi
Sosial, Pranata dan Struktur Sosial
1.
Interaksi Sosial (hal 7.21-7.23)
Interaksi
adalah suatu proses dimana orang yang berkomunikasi saling mempengaruhi
sehingga masuk dalam pikiran dan tindakan dan menimbulkan timbal balik antara
orang yang satu dengan yag lainnya.
Unsur-unsur masyarakat
menurut Soerjono Sukanto:
a.
Manusia hidup bersama. Tidak ada ukuran
mutlak seseorang berinteraksi, minimal dua orang hidup bersama yang akan
terbentuk interaksi.
b.
Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
Dalam suatu kumpulan manusia tidaklah mempunyai pemikiran yang sama, akan
tetapi mereka mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan atau
perasaan yang berbeda sehingga timbullah system komunikasi dan timbul pula
peraturan yang mengantar hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c.
Mereka merupakan satu kesatuan
d.
Mereka merupakan suatu system hidup
bersama yang menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota atau kelompok merasa
dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
Terdapat empat unsur pokok tentang pengertian
masyarakat, yaitu:
a.
Kebiasaan bersama yang mempunyai tujuan
Setiap
individu memerlukan orang lain untuk kepentingan bersama sehingga tercapai
hidup sejahtera dan bahagia.
b.
Ada hubungan interaksi
Interaksi
antara kelompok manusia yang satu dengan kelompok manusia lainnya yang
bertujuan menginginkan hidup bersama dengan orang lain disebabkan karena ia
perlu berkomunikasi, berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
c.
Adanya aturan
Dalam
suatu masyarakat harus ada aturan yang mengatur cara mereka hidup bersama. Ada
2 aturan (tertulis dan tidak tertulis). Aturan tertulis; hukum, undang-undang,
anggaran dasar dalam organisasi, sedangakan aturan tidak tertulis ; norma,adat
istiadat, kebiasaan sopan santun dan lain-lain.
d.
Adanya struktur
Setiap
individu/kelompok dalam bermasyarakat mempunyai status yang berbeda, ini
menuntut peran dalam kehidupan bersama sesuai dengan statusnya adapun yang
harus dilakukan ataupun yang dilarang untuk dilakukan.
2.
Pranata dan Struktur Sosial (hal.
7.23-7.30)
a. Tebentuknya
Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk adanya suatu
prosesyang disebut sebagai institusionalisasi atau kelembagaan nilai-nilai yang
dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat.
Secara sosiologis kekuatan mengikat dari norma
dibedakan:
•
Cara (usage)
•
Kebiasaan (folkways)
•
Tata Kelakuan (Mores)
•
Adat Istiadat (Custom)
b. Ciri-ciri
Lembaga Kemasyarakatan
•
Mempunyai tujuan tertentu
•
Memiliki alat perlengkapan untuk
mencapai tujuan tersebut
•
Memiliki lambing-lambang tertentu dalam
bentuk tulisan atau slogan
•
•Memiliki tradisi (lisan/tertulis) yang
diwujudkan dalam adat istiadat, norma, tata tertib, peraturan atau hukum.
Tipe-tipe Lembaga Masyarakat (menurut Gillin dan
Gillin);
1)
Berdasarkan perkembangannya
a) Grecive
Intitutions; Lembaga yang paling primer, tumbuh secara tidak sengaja dalam
masyarakat (hak milik, system
perkawinan).
b) Enacted
Intitutions; Lembaga yang dibentuk dengan tujuan tertentu (lembaga
perdagangan, pendidikan, perbankan,
koperasi)
2)
Berdasarkan system nilai
a) Basic
Institutions: Lembaga yang didirikan untuk memelihara dan mempertahankan
tata-tertib dalam masyarakat.
b) Subsidiary
Intitutions; Lembaga yang dianggap kurang penting (lembaga rekreasi, hiburan)
3)
Berdasarkan penerimaan masyarakat
a) Social
Sanctioned Institutions; Lembaga yag diakui/diterima masyarakat (Lembaga
keagamaan&pendidikan)
b) Unsanctioned
Institutions; Lembaga yag tidak diakui/diterima masyarakat (kelompok
penjahat/pemeras)
4) Berdasarkan penyebarannya
a) General
Institutions; Lembaga yang dikenal luas penyebarannya&berlaku dimana-
mana (lembaga keagamaan; adama Islam,
Kristen, Hindu, Budha)
b) Restriced
Intitutions; hanya dikenal oleh masyarakat khusus dan berlaku didaerah
tertentu (kepercayaan yang dianut
masyarakat terpencil)
5) Berdasarkan fungsinya
a) Operative
Intitutions;lembaga yang menghimpun pola atau cara untuk mencapai tujuan
(lembaga industrialisasi)
b) Regulative
Intitutions; lembaga yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan
(lembaga kepolisian)
6) Sruktur masyarakat Indonesia
Dapat disebut
struktur social stratification; pembedaan penduduk atau masyarakat dalam
kelas-kelas secara bertingkat/hirearkis (Pitirim A Sorokin). Terdapat 3 macam kelas
(berdasarkan ekonomi, praktis dan politis serta jabatan). Kehidupan social
berlangsung dalam wadah masyarakat, ditandai dengan: adanya manusia yang hidup
bersama, manusia tersebut bergaul dan bersama dalam waktu yang lama, adanya
kesadaran bahwa mereka merupakan kesatuan dan akhirnya menjadi system kehidupan
bersama (system social).
Terdapat 3 tipe stratifikasi social;
v Tipe
pertama (type kasta); system lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas
dan kaku (lapisan raja/maharaja, bangsawan, pendeta, tentara, petani dan buruh
tani).
v Tipe
Kedua (type oligarkhis); masih mempunyai garis pemisah yang tegas akan tetapi
dasar pembedaan kelas ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Masih
diberi esempatan untuk naik lapisan.
v Tipe
Ketiga (tipe demokratis); Garis-garis pemisah sifatnya dapat bergerak bebas.
Kelahiran tidak menentukan seseorang.
Kegiatan
Belajar 3
Peran
dan Status Individu dalam Kehidupan Bermasyarakat
Unsur - unsur
dalam teori sosiologi tentang system stratifikasi sosial, adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur
hubungan timbal balik antar individu dengan masyarakat, dan tingkah laku
individu-individu tersebut.
1. KEDUDUKAN
(STATUS) (hal 7.36-7.42)
Menurut Kamus Sosiologi status
diartikan sebagai :
a. Posisi
dalam suatu hierarki;
b. Suatu
wadah bagi hak dan kewajiban;
c. Aspek
statis dari peranan;
d. Prestise
yang dikaitkan dengan suatu posisi;
e. Jumlah
peranan ideal dari seseorang
Status dalam arti objektif dilihat sebagai suatu tatanan (order )
hak dan kewajiban secara hierarkis dalam struktur formal organisasi. Ditinjau
dari aspeknya status objektif agak stabil. Status dalam arti subjektif
merupakan hasil dari penilaian orang lain terhadap seseorang dengan siapa ia
berkontak atau berhubungan. Ditinjau dari aspeknya status subjektif adalah
dinamis.
Menurut Talcott Parson, dari segi subjektif penilaian status
berdasarkan pada 5 kriteria, yaitu;
a. Kelahiran
b. Mutu Pribadi
c. Prestasi
d. Pemilikan
e. Otoritas ( otoriter )
F. Znaniecki berpendapat bahwa situasi dapat ditinjau dari 2 segi,
yaitu segi Subjektif Objektif.. Situasi dan ditinjau dari segi Subjektif
merupakan penilaian segi pribadi, sesuai
interpretasi dan konsep pribadi. Situasi ditinjau dari segi objektif
merupakan penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh kebudayaannya.
Pada umumnya masyarakat mengenal 3 macam kedudukan, yaitu;
a. Ascribed-Status,
yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperlihatkan yang sudah
didapat sejak lahir atau garis keturunan. Seperti kedudukan anak bangsawan.
b. Achieved
Status yaitu kedudukan yang didapat karena berusaha atau kerja keras. Dengan
kata lain kedudukan dapat tercapai tergantung usaha kita dalam memenuhi
syarat-syaratnya. Sebagai contoh, seseorang yang ingin menjadi guru maka harus
belajar di fakultas keguruan dan melamar di lingkungan pendidikan.
c. Assigned
Status, yaitu kedudukan yang diberikan karena berjasa. Kedudukan ini biasanya
diberikan oleh suat kelompok kepada seseorang yang telah memperjuangkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh: pemberian
penghargaan hadiah Piala Citra.
Dalam kehidupan sehari-hari
untuk menentukan kedudukan seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri yang dimiliki
oleh individu yang bersangkutan, dalam sosiologi dinamakan sebagai Status
symbol. Dengan kata lain Status-symbol merupakan ciri-ciri yang dipakai untuk
menentukan kedudukan seseorang. Ciri-ciri yang dipakai antara lain :
a. Cara
berpakaian, biasanya cara berpakaian orang dari lapisan atas akan berbeda
dengan cara berpakaian dengan orang dari lapisan bawah.
b. Pergaulan,terkadang
dalam berteman seseorang memilih teman dari kelompok yang sama atau yang
mempunyai latar belakang yang sama. Misalnya dari segi pendidikan atau profesi.
c. Cara-cara
mengisi waktu senggang. Sebagian ada yang memilih berlibur kepantai, berolah
raga dan ada juga yang hanya mengobrol saja.
d. Memilih
tempat tinggal. Mereka yang berasal dari lapisan atas akan memilih tempat
tinggal bukan hanya dari fungsi rumah tersebut, tetapi juga berdasarkan dari
segi kenyamanannya. Meskipun harus mengeluarkan uang yang sangat banyak.
Berbeda dengan mereka yang berasal dari lapisan bawah, bagi mereka yang terpenting adalah rumah merupakan tempat
berteduh dari panas dan hujan. Tanpa memperdulikan segi kesehatan rumah
tersebut.
Dari berbagai ciri diatas dapat dipakai untuk mengamati pola
kehidupan dewasa ini, di mana mereka tidak lagi melihat pada fungsi atau
kegunaannya, tetapi sering kali terjebak pada keinginan- keinginan untuk
mendapatkan atau memiliki Status- simbol. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Soerjono Soekanto, gejala lain yang mulai tampak dipakai dalam system penilaian
masyarakat Indonesia adalah dipakainya gelar kesarjanaan sebagai “status
simbol”.
2. PERANAN
( ROLE ) (hal 7.42-7.44)
Peranan dan kedudukan adalah aspek yang dinamis, karena jika
seseorang dapat memenuhi hak dan kewajiban dalam kedudukan maka dia sudah
menjalankan suat peran. Pentingnya peran adalah peran dapat mengatur
perikelakuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dalam mempelajari
tentang peran, Schneider menjelaskan adanya 3 spek tentang konsep peran. Antara
lain :
a. Peran
menyalurkan tindakan manusia kearah tertentu.
b. Ada
hubungan antara nilai-nilai dan peran. Dengan kata lain peran adalah bagian
dari kebudayaan suatu masyarakat.
c. Pelaksanaan
peran dipelajari dan dalam eberapa hal menjadi bagian dari kepribadian.
Sebagaimana kita ketahui, proses memainkan suatu peran dimulai sejak
anak mulai dapat berinteraksi terhadap orang lain secara sadar. Pengambilan
peran merupakan salah satu proses penting dalam pembentukan kepribadian dewasa.
3.
TUJUAN PERAN (hal 7.44-7.45)
Ada 4 kategori
utama tujuan yang digeneralisasikan sebagian atau seluruhnya disediakan oleh
peran yang diharapkan dimainkan orang dan berfungsi sebagai penarik orang
kepada peran ini. Antara lain:
a. Tujuan
Instrumental, tujuan yang dimaksudkan adalah dengan memainkan suat peran adalah
kesempatan untuk mencapai tujuan lain.
b. Penghargaan,
tujuan yang digeneralisasi adalah timbulnya atau adanya kesempatan dihargai.
c. Rasa
aman, tujuan yang digeneralisasi adalah dapat member rasa aman secara ekonomi,
social, psikologis.
d. Respons,
tujuan yang digeneralisasi adalah agar mendapat respons atau agar diperhatikan
oleh orang lain.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tujuan bisa
dipenuhi oleh peran, maka semakin bergairah orang mencarinya dan semakin
keranjingan orang menjalankannya

0 komentar:
Posting Komentar