KEGIATAN BELAJAR 1
KETERAMPILAN BERBICARA
I. Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Berbicara
A. Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sutu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdialog adalah :
1)
Bagaimana
menarik perhatian
2)
Bagaimana cara
mulai dan memprakarsai suatu percakapan
3)
Bagaimana
menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan
4)
Bagaimana
mengakhiri suatu percakapan
B. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri- ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya , yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat,
dan gaya penampilan yang menarik.
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri- ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya , yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat,
dan gaya penampilan yang menarik.
C. Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju
terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju
terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
D. Bercerita
Manfaat bercerita di antaranya, yaitu
Manfaat bercerita di antaranya, yaitu
(1) memberikan hiburan,
(2) mengajarkan kebenaran, dan
(3) memberikan keteladanan.
Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya pendongeng mempersiapkan diri dengan cara :
(1)
memahami
pendengar,
(2)
menguasai
materi cerita,
(3)
menguasai olah
suara,
(4)
menguasai
berbagai macam karakter,
(5)
luwes dalam
berolah tubuh, dan
(6)
menjaga daya
tahan tubuh.
Selain itu, terdapat enam jurus mendongeng,
yaitu :
yaitu :
1)
menciptakan
suasana akrab,
2)
menghidupkan
cerita dengan cara memiliki kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan susana
dramatik, menutup yang membuat penasaran,
3)
kreatif,
4)
tanggap dengan
situasi dan kondisi,
5)
konsentrasi total,
dan
6)
ikhlas.
Nadeak (1987) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita,
yaitu :
1)
memilih cerita
yang tepat,
2)
mengetahui
cerita,
3)
merasakan
cerita,
4)
menguasai
kerangka cerita,
5)
menyelaraskan
cerita,
6)
pemilihan pokok
cerita yang tepat,
7)
menyelaraskan dan
menyarikan cerita, ( menyelaraskan dan memperluas,
8)
menyederhanakan
cerita,
9)
menceritakan
cerita secara langsung,
10)
bercerita
dengan tubuh yang alami,
11)
menentukan
tujuan,
12)
mengenali
tujuan dan klimaks,
13)
memfungsikan
kata dan percakapan dalam cerita,
14)
melukiskan
kejadian,
15)
menetapkan
sudut pandang,
16)
menciptakan
suasana dan gerak,
17)
merangkai
adegan.
II. Kemampuan Lanjutan dalam Kegiatan Berbicara
A.
Musyawarah
Musyawarah
mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata
sepakat. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak,
setiap orang
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi
perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak, maka biasa diambil voting (suara
terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan
diskusi. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan.
B.
Diskusi
Nio
(dalam Haryadi, 1981:6 menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka,
tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart
(dalam Haryadi, 1997:6 menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara
teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan
untuk diskusi ialah proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai
suatu masalah.
Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi
adalah :
1.
Partisipan
lebih dari seorang
2.
Dilaksanakan
dengan bertatap muka
3.
Menggunakan
bahasa lisan
4.
Bertujuan untuk
mendapatkan kesempatan bersama
5.
Dilakukan
dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab
Ketika menyampaikan
sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara :
1.
Pertanyaan dan
sanggahan diajukan dengan jelas dan tidak berbelit-belit,
2.
Pertanyaan dan
sanggahan diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan
perintah langsung,
3.
Diusahakan agar
pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam memberikan tanggapanpun harus dipenuhi 4 hal,
yaitu :
1.
Jawaban atau
tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan,
2.
Jawaban harus
objektif dan memuaskan berbagai pihak,
3.
Prasangka dan
emosi harus dihindarkan,
4.
Bersikap jujur
dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.
C.
Pidato
Sebelum melakukan
pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis terhadap :
1.
Jumlah
pendengar
2.
Tujuan mereka
berkumpul
3.
Adat kebiasaan mereka
4.
Acara lain
5.
Tempat
berpidato
6.
Usia pendengar
7.
Tingkat
pendidikan pendengar
8.
Keterkaitan
hubungan batin dengan pendengar
9.
Bahasa yang
biasa digunakan
Pedoman untuk membuka pidato yang baik adalah :
1.
Langsung
menyebutkan pokok persoalan
2.
Melukiskan
latar belakang masalah
3.
Menghubungkan
dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian
khalayak.
4.
Menghubungkan
dengan peristiwa yang sedang diperingati
5.
Menghubungkan
dengan tempat komunikator berpidato
6.
Menghubungkan
dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak
7.
Menghubungkan
dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu
8.
Menghubungkan
dengan kepentingan vital pendengar
9.
Memberikan pujian
kepada khalayak atas prestasi mereka
10.
Memulai dengan
pertanyaan yang mengejutkan
11.
Mengajukan
pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan
12.
Menyatakan
kutipan
13.
Menceritakan
pengalaman pribadi
14.
Mengisahkan
cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis
15.
Menyatakan
teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
16.
Membuat humor.
Adapun cara menutup pidato adalah :
1.
Menyimpulkan
atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan
2.
Menyatakan
kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
3.
Mendorong
khalayak untuk bertindak
4.
Mengakhiri
dengan klimaks
5.
Menyatakan
kutipan Alquran, sajak, peribahasa atau ucapan para ahli
6.
Menceritakan
tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
7.
Menerangkan
maksud sebenarnya pribadi pembicara
8.
Menguji dan
menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
KEGIATAN BELAJAR 2
KEMAMPUAN LANJUTAN DALAM BERBICARA
A. MUSYAWARAH
Musyawarah mengandung
arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
Mecapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai
kepentingan pribadi dan pikiran yang berbeda. Dalam suatu musyawarah yang
penting adalah kepentingan orang banyak setiap orang mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
Dalam suatu musyawarah
dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang biasa disebut pimpinan siding.
Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib sidang.
Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan.
B. DISKUSI
Secara etimologis kata
diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang
berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris,
discussion berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa
Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua
orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Esensi diskusi adalah:
1.
Partisipan
lebih dari seorang;
2.
Dilaksanakn
dengan bertatap muka;
3.
Menggunakan
bahasa lisan;
4.
Bertujuan untuk
mendapatkan kesepakatan bersama;
5.
Dilakukan
dengan cara bertukar informasi dan Tanya jawab.
Hal-hal yang perlu
dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69), yaitu sikap
kooperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat
komunikasi, dan kemampuan memahami persoalan.
Selain itu, ketika
menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara:
1. Pertanyaan dan sanggahan diajukan jelas dan tiak berbelit-belit,
2. Pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun, menghindari
pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung.
3. Diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan bantahan
atau debat.
Sementara itu, dalam
memberikan tanggapanpun harus dipenuhi empat hal, yaitu sebagai berikut.
1. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan.
2. Jawaban harus obyektif dan memuaskan berbagai pihak.
3. Prasangka dan emosi harus dihindarkan.
4. Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak menjawab.
Proses dan kesimpulan
diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain
persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti argumen. Pengambilan
keputusan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan
pendapat, moderator segera mengambil keputusan.
Manfaat Diskusi bagi peserta
a.
Peserta dapat
memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan
menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
b.
Peserta dapat
menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan
bersikap tertentu.
c.
Peserta dapat
menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan,
rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
d.
Peserta dapat
memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari
peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil
keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
e.
Peserta dapat
saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
f.
Peserta dapat
belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
g.
Peserta dapat
belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.
Macam-Macam Diskusi
Jenis kegiatan diskusi
dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel,
lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium,
kolokium, sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study,
brainstorming, musyawarah/rapat, debat, dan lain-lain.
a.
Diskusi
kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan
untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif
sederhana dengan peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh
orang. Masalah yang dibahas tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih
mendalami atau memahami suatu masalah dari disiplin ilmu tertentu.
b.
Diskusi
Berkelompok-Kelompok : bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta
kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara. Setelah
kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan
mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum
terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari
penyelenggara.
c.
Diskusi Panel:
adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan
sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi
panel merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga
sampai enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan
disaksikan oleh sejumlah pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan
pendapatnya tanpa menanggapi pendapat panelis lain.
d.
Rapat kerja
adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas
adalah program kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang
membawa hasil yang baik untuk dilaksanakan.
e.
Seminar (semin
(Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan
disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan
masalah kebijakan yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang
bersifat teknis. Oleh sebab itu, biasanya kajiannnya bersifat penelitian
beserta hasilnya atau studi literature.
f.
Konferensi
merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan
masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan
pertemuan anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan
perbedaan dalam langkah dan kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan,
rapat, atau pemusyawarahan antara wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas
kepentingan bersama.
g.
Kongres
merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi
politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan
mengenai suatu masalah bersama. Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan
beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik
denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah
sidang hadirin.
h.
Kolokium tidak
diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawabanatas
pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan.
Para pakar hanya menjawab pertanyaan.
Tipe Peserta Diskusi
a.
tipe tak suka
bicara
b.
tipe positif
c.
tipe sok tahu
d.
tipe suka
bertengkar
e.
tipe pemalu
f.
tipe ingin
menang sendiri
g.
tipe cuek
h.
tipe sangat
terpelajar
i.
tipe suka
bertanya
Tugas ketua diskusi
1. mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa,
dantujuan yang diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu
dipikirkan dan dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya.
2. mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan
alokasi waktu, siapa yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya
per sesi; berapa menit per orang berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan
berbicara, dan lain-lain.
3. menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana,
terutama kalau situasi sudah menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam
berbicara, misalnya dua orang berbicara sekaligus.
4. memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara
berkali-kali, beri kesempatan kepada yang belum berbicara.
5. menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang
bersifat memancin perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara
wajar.
6. menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan
membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
7. mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaikan rangkuman,
kesimpulan, kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan
diskusi.
C. PIDATO
Pidato adalah suatu
ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh
pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat
memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut.
Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik atau umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan Pidato
Pidato umumnya
melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka
rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga
orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-Jenis /
Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat
dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca
acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu
acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang
dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang
berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu
tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggungjawaban.
Metode Pidato
Teknik atau metode
dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu
menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan
hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak
terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah
dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.
Persiapan Pidato
Sebelum memberikan
pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato.
Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu
pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran,
rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
Selain itu, ketika
menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1. Pengumpulan bahan.
2. Garis besar pidato.
3. Uraian secara detil.
Pidato yang baik
memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato harus dilakuakan terutama
untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan waktu. Biasanya pidato bertujuan untuk
mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum melakukan
pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut.
1. Jumlah pendengar
2. Tujuan mereka berkumpul
3. Adat kebiasaan mereka.
4. Acara lain.
5. Tempat berpidato,
6. Usia pendengar
7. Tingkat pendidikan pendengar,
8. Keterikatan hubungan hati dengan mendengar.
9. Bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun
dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain
itu, penyajian itu pernyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman,
dan mempertegas gagasan pokok. Cirri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun
dan membawakan suatu pidato, yaitu (1) garis besar terdiri dari tiga bagian,
yaitu pengantar, isi, dan penutup, (2)lambang-lambang yang digunakan untuk
menunjukkan yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian telah membingungkan,
(3) penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus
dibedakan.
Dalam kaitan dengan
nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan
menarik. Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk
mengungkapkan gagasan secara cermat.
Untuk mencapai kejelasan
dalam pemilihan kata-kata tersebut, haruslah diperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya jangan menggunakan
kata-kata yamg terlalu umum sehingga mengundang banyak penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah
dipahami dengan cepat.
3. Hindari istilah-istilah teknis, maksudnya jangan menggunakan
istilah-istilah yang kiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan
berbicara menggunakan kalimat efektif.
5. Gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang
sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap
gagasan utama untuk memperjelas kembali.
Pedoman untuk membuka
pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar yang
sebaik-baiknya, yaitu dengan cara berikut.
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan.
2. Melukiskan latar belakang masalah.
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah
menjadi pusat perhatian khalayak.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
6. Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang tengah terjadi di masa
lalu.
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
9. Memberikan pujian kepada khlayak atas prestasi mereka.
10. Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
11. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan.
12. Menyatakan kutipan.
13. Menceritakan pengalaman pribadi.
14. Mengisahkan cerita factual, fiktif, atau situasi hipotesis.
15. Menyatakn teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
16. Membuat humor.
Adapun cara menutup
pidato adalah sebagai berikut.
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan,
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang
berbeda,
3. Mendorong khalayak untuk bertindak,
4. Mengakhiri dengan klimaks,
5. Menyatakan kutipan Al-Quran, sajak, peribahasa, atau ucapan para
ahli,
6. Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara,
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara,
8. Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang
humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan
menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara,
melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam
mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan
kreativitas

0 komentar:
Posting Komentar