PDGK 4101 KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD Modul 1 Bagian 2

| Sabtu, 04 April 2015
KEGIATAN BELAJAR 2
ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Table berikut ini menyajikan jenis keterampilan tersebut.

Tabel 1.1
Empat jenis Keterampilan berbahasa
Lisan
Tulisan
Reseptif
Mendengarkan
Membaca
Produktif
Berbicara
Menulis

A.    MENDEGARKAN
Mendengarkan adalah keterampialn memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
1. Menyimpan/mengingat unsure bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short term memory)
2. Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target,
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata,
4. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar,
5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topic dan gagasan;
7. Menebak makna dari konteks,
8. Mengenal kelas-kelas kata,
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis,
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices)
11. Mendeteksi unsure-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsure-unsur lainnya.

B.     BERBICARA
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbcara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televise.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar daoat membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara,
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar;
5. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama
7. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraa,

C.     MEMBACA
Membaca adalah keterampuilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan memabaca dapat dikemangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, serinkali keterampilan membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah;
1. Mengenal system tulisan yang digunakan,
2. Mengenal kosakatar,
3. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topic dan gagasan utama,
4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis,
5. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya
6. Menentukan konstituen-konstiteun dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi,
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis,
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipasi,
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan
10. Menggunakan pengetahun dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topic utama atau informasi utama
11. Membedakan ide utama dan detail-detail disajikan,
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam,

D.    MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk;
1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan,
2. Memilih kata yang tepat,
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar,
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca,
6. Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju,
7. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas ole hide-ide atau informasi tambahan,
8. Menguapayakan, terciptanya paragraph, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan,
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.

RANGKUMAN
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek ktereampilan berbhasa ragam tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa bersifat produktif. Untuk menguasai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut seseorang harus menguasai keterampilan mikro.



KEGIATAN BELAJAR 3
KETEKAITAN  ANTARASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
  1. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENDENGARKAN
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Apabila kita matai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakata, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam siatuasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
A                                                    B
Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif

Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain mendengarkan. Agar lebih jelas, siatuasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini.

                                                                                    B,C,D,E
 



                       A
 



                                                                                    F,G,H,I


Gambar 1.5
Diagram Komunikasi Noninteraktif

Komunikasi seperti dalam gambar misalnya berupa khotbah di masjid. Di sini hanya satu pihak yang berbicara. Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan, sperti berikut ini,
1.      Ujaran biasanya dipeljari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang,
2.      Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masayrakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat,
3.      Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemapuan mendengarkan berarti pula membantu kulitas berbicara,
4.      Bunyi suarua yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang. Oleh karena itu suara dan materi yang berkualitas baik yang didengar dari seseroang guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang erbnilai tinggi sangat membantu anak atau seseoang guru yang sedang belejar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan, berikut ibi dipaparkan diagram hubungan tersebut menuruy Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi,
Menyimak
Sifat
Berbicara
Langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
Interaktif
Interaktif
 

Langsung/tak langsung
Prooduktif

Eskpresif
Gambar 1.8
Diagram hubungan berbicara dan mendengarkan

B.     HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA
Seperti telah disnggung pada kegiatan terdahulu, mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbhasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui diagram berikut ini.
Mendengarkan
Reseptif
(menerima informasi)
Lisan (hasil berbicara)
Membaca
Tulisan (hasil menulis)
Gambar 1.7
Diagram hubungan mendengarkan dan membaca

Dalam gambar tersebut bukan hanya menggambarkan antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyimak dan berbicara serta membaca dan menulis

Sehubungan dengan kaitan antara mendengrakan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam diagram berikut ini.

Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifar reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi focus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengrakan focus perhatian berupa suara, sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian baik penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa suara maupun berupa tulisan, yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, idea tau informasi.

Apabila ditinjau dari sudut pemetolehan bahasa atau belajar bhasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengar pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui proses pengenalan kembal terhadap kosakata tersebut.

Sehubungan dengan pembelajaran bahasa, Tarigan (1994;4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktir penting dakan belajar bahasa secara aktif. Pertunjuk-petunjuk mengenai stretegi membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan murid dalam mendengarkab dengan pemahaman yang sangat penting.

Dari uarian di atas, kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan mendengar dan membaca pada kelas-kelas yang relative tunggi. Apabila terdapat peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pad kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).

C. HUBUNGAN MEMBACA DENGAN MENULIS
Mnulis adalah kegiatan berbhasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan membaca yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.

Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencaan, penulisan, dan revisi. Dalam melakukan perencanaan seringkali penulis melakukan aktivtas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusiri informasi, konspe-konsep, atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang.

Dalam kegiatan membaca, pemahaman seingkalai kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan, guna menunjang pemahaman kita terhadapa isi bacaan. Selain itu, mungkin kita pula terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadapa suatu tulisan yang telah kita baca.

D. HUBUNGAN MENULIS DENGAN BERBICARA
Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan menjelaskna bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa tagam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada ummunya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya adapula kegiatan berbicara secara tidak langsung misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan menjelaskan dengan diagram berikut ini,




RANGKUMAN

Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Dua jenis keterampilan lainnya adalah menulis dan membaca. Keduanya merupakan jenis keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat profuktif. Sedangkan membaca bersifar reseptif. Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam suatu peristiwa komunikasi, seringkali beberapa jenis keterampilan berbhasa digunakan bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲