KEGIATAN BELAJAR 2
ASPEK-ASPEK
KETERAMPILAN BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan bahasa,
terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis. Table berikut ini menyajikan jenis
keterampilan tersebut.
Tabel 1.1
Empat jenis
Keterampilan berbahasa
Lisan
|
Tulisan
|
|
Reseptif
|
Mendengarkan
|
Membaca
|
Produktif
|
Berbicara
|
Menulis
|
A.
MENDEGARKAN
Mendengarkan adalah keterampialn
memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti
bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.
Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan
melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini
secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam
upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan
yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara
non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap
muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan
jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan
memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya
atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh
situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan
film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi
mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelsanan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah
keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
1. Menyimpan/mengingat unsure bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short term memory)
2. Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa
target,
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi,
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata,
4. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar,
5. Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topic dan gagasan;
7. Menebak makna dari konteks,
8. Mengenal kelas-kelas kata,
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis,
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices)
11. Mendeteksi unsure-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi,
dan unsure-unsur lainnya.
B.
BERBICARA
Kemudian sehubungan dengan keterampilan
berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbcara, yaitu interaktif,
semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya
percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan
adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan
kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara,
memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi
berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung.
Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah
dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televise.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro
yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar daoat
membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara,
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat
4. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar;
5. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama
7. Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah
mengikuti pembicaraa,
C.
MEMBACA
Membaca adalah keterampuilan reseptif
bahasa tulis. Keterampilan memabaca dapat dikemangkan secara tersendiri,
terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat
yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, serinkali keterampilan
membaca dikembnagkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan
berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang
terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh pembicara adalah;
1. Mengenal system tulisan yang digunakan,
2. Mengenal kosakatar,
3. Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topic dan gagasan
utama,
4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis,
5. Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya
6. Menentukan konstituen-konstiteun dalam kalimat, seperti subjek, predikat,
objek, dan preposisi,
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis,
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipasi,
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik
kesimpulan-kesimpulan
10. Menggunakan pengetahun dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
gramatikal untuk memahami topic utama atau informasi utama
11. Membedakan ide utama dan detail-detail disajikan,
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca
yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam,
D.
MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif
dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan
berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan
kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan
mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk;
1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan,
2. Memilih kata yang tepat,
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar,
4. Mengurutkan kata-kata dengan benar
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca,
6. Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju,
7. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas ole
hide-ide atau informasi tambahan,
8. Menguapayakan, terciptanya paragraph, dan keseluruhan tulisan koheren
sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan,
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca
sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang
belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.
RANGKUMAN
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa
Indonesia, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan,
sedangkan membaca dan menulis merupakan aspek ktereampilan berbhasa ragam
tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa bersifat
reseptif, sedangkan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa
bersifat produktif. Untuk menguasai keempat jenis keterampilan berbahasa
tersebut seseorang harus menguasai keterampilan mikro.
KEGIATAN BELAJAR 3
KETEKAITAN ANTARASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
- HUBUNGAN BERBICARA DENGAN MENDENGARKAN
Menurut Brooks dalam Tarigan
(1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang langsung. Apabila kita matai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi
dalam masyarakata, pernyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam
siatuasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif |
Misalnya komunikasi yang terjadi antarteman, antara
pembeli dan penjual atau dalam suatu kelompok diskusi kelompok. Dalam hal ini A
berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A
mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam
situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain
mendengarkan. Agar lebih jelas, siatuasi komunikasi tersebut digambarkan dalam
diagram berikut ini.
B,C,D,E
A
F,G,H,I
|
Gambar 1.5
Diagram
Komunikasi Noninteraktif
Komunikasi seperti dalam gambar
misalnya berupa khotbah di masjid. Di sini hanya satu pihak yang berbicara.
Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3)
menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan, sperti berikut ini,
1.
Ujaran biasanya dipeljari melalui
mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam
dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang,
2.
Ujaran seseorang mencerminkan
pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masayrakat tempatnya hidup,
misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat,
3.
Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kemapuan mendengarkan berarti pula membantu kulitas berbicara,
4.
Bunyi suarua yang didengar merupakan
faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang. Oleh
karena itu suara dan materi yang berkualitas baik yang didengar dari seseroang
guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang erbnilai tinggi sangat membantu
anak atau seseoang guru yang sedang belejar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita
mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan, berikut ibi dipaparkan
diagram hubungan tersebut menuruy Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi,
Menyimak
|
Sifat
|
Berbicara
|
Langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
|
Interaktif
Interaktif
|
Langsung/tak
langsung
Prooduktif
Eskpresif
|
Gambar 1.8
Diagram
hubungan berbicara dan mendengarkan
B.
HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA
Seperti telah disnggung pada
kegiatan terdahulu, mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbhasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan
bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam
tulis. Ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4)
melalui diagram berikut ini.
Mendengarkan
|
Reseptif
(menerima
informasi)
|
Lisan (hasil
berbicara)
|
Membaca
|
Tulisan (hasil
menulis)
|
Gambar 1.7
Diagram
hubungan mendengarkan dan membaca
Dalam gambar tersebut bukan hanya
menggambarkan antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan
kaitan antara menyimak dan berbicara serta membaca dan menulis
Sehubungan dengan kaitan antara
mendengrakan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam
diagram berikut ini.
Melalui diagram di atas tampak jelas
bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifar reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi focus perhatian
awal yang menjadi stimulus. Pada mendengrakan focus perhatian berupa suara,
sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian baik penyimak maupun pembaca
melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa
suara maupun berupa tulisan, yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna memperoleh pesan yang berupa konsep, idea tau informasi.
Apabila ditinjau dari sudut
pemetolehan bahasa atau belajar bhasa, aktivitas membaca dapat membantu
seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan
mendengar pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada
aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap
berikutnya melalui proses pengenalan kembal terhadap kosakata tersebut.
Sehubungan dengan pembelajaran
bahasa, Tarigan (1994;4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktir
penting dakan belajar bahasa secara aktif. Pertunjuk-petunjuk mengenai stretegi
membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering
disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan
murid dalam mendengarkab dengan pemahaman yang sangat penting.
Dari uarian di atas, kita dapat
mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan
mendengar dan membaca pada kelas-kelas yang relative tunggi. Apabila terdapat
peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pad
kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).
C. HUBUNGAN
MEMBACA DENGAN MENULIS
Mnulis adalah kegiatan berbhasa yang
bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan membaca yang bersifat
reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi
dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna memahami gagasan,
perasaaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menulis, seseorang harus
melalui tahap-tahap perencaan, penulisan, dan revisi. Dalam melakukan
perencanaan seringkali penulis melakukan aktivtas membaca yang ekstensif dan
intensif guna menelusiri informasi, konspe-konsep, atau gagasan-gagasan yang
akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan
si penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis
kembali secara berulang-ulang.
Dalam kegiatan membaca, pemahaman
seingkalai kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar
mengenai isi bacaan, guna menunjang pemahaman kita terhadapa isi bacaan. Selain
itu, mungkin kita pula terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadapa
suatu tulisan yang telah kita baca.
D. HUBUNGAN
MENULIS DENGAN BERBICARA
Subyakto-Nababan (1993:153) dan
Tarigan menjelaskna bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa tagam
lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian,
kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung,
sedangkan berbicara pada ummunya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan
menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan
telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya
adapula kegiatan berbicara secara tidak langsung misalnya melalui pengiriman
pesan suara melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan menjelaskan dengan
diagram berikut ini,
RANGKUMAN
Berbicara dan mendengarkan adalah
dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara
bersifat produktif, sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Dua jenis
keterampilan lainnya adalah menulis dan membaca. Keduanya merupakan jenis
keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifat profuktif. Sedangkan membaca bersifar reseptif. Dalam pemerolehan atau
belajar suatu bahasa keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung
pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam suatu peristiwa komunikasi,
seringkali beberapa jenis keterampilan berbhasa digunakan bersama-sama guna
mencapai tujuan komunikasi.
0 komentar:
Posting Komentar