PDGK 4102 KONSEP DASAR IPS MODUL 11

| Minggu, 05 April 2015
MODUL 11
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS
YANG KREATIF, INOVATIF, DAN MENYENANGKAN


Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Peranan Model Pebelajaran Konsep Dasar IPS

Istilah “Inquiry” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah.

            Rogers (1969) menyatakan bahwa Inquiry merupakan proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berfikir reflektif dan / Discovery.

            Inquiry dibutuhkan sebagai metode untuk mengkaji fenomena./ Menurut para ahli, pendekatan inkuiri adalah salah satu cara unutk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat kepada sisawa ( Student – Centered – Instruction ).

Tujuan utama inkuiri sosial adalah memberikan kontribusi untuk para pengambil kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya.

Banks mengemukakan langkah-langkah medel pembelajaran inkuiri untuk kelas OPS sebagai Berikut :
§        Pertama, Perumusan Masalah ( Problem Formmulation )
            Syarat suatu masalah yang harus lengkap, tepat, dan dapat diteliti.
§        Kedua, Perumusan Hipotesis ( Formulation Of Hypotheses )
            Pernyataan atau dalil sementara yang dirumuskan oleh seorang peneliti untuk mengarahkan           penelitian disebut hipotesis.
§        Ketiga, Definsis Istilah ( Konseptualisme )
            Kesulitannya adalah konsensus tentang arti konsep / istilah yang belu ada. Contoh konsep ilmu-    ilmu sosial seperti istilah agresi, kelas sosial dan perilaku sosial
§        Keempat, Pengumpulan Data ( Collection Of Data )
§        Para ilmuan biasanya menggunakan tiga metode utama pengumpulan data untuk melakukan          analisis, ialah eksperimen, survei sampel, dan studi kasus. Dapat juga menggunakan kajian        historis, analisis lateratur, dan teknik lainnya.
§        Kelima, Pengujian dan Analisis Data ( Evaluation and Analisys Of Data )
            Instrumen yang telah teruji Validitasnya oleh ilmuan lain maka biasanya data itu akan lebih           terpercaya daripada data uyang dikumpulkan denga instruen hasil konstruksinya sendiri.
-                Keenam, Menguji Hipotesis untuki memperoleh Generalisasi dan Teori.
            Hipotesis yang dikaitkan denga pertanyaan perlu dirumuskan. Ketika data dikumpulkan dan         dianalisis, peneliti berusaha menguji apakah hipotesisnya dapat dibuktikan dengan berdasarkan         pada informasi yang telah terkumpul
-                Ketujuh, memulai inkuiri lagi
            Model pembelajaran inkuiri yang digambarkan dapat berdaur ulang dan tidak bersifat linier /         terputus.




















Kegiatan Belajar 2
Model –Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Model atau desain pembelajaran keterampilan berpikir (thinking skills) ada 2
model, yaitu :
1.      Critical thinking skills atau keterampilan berpikir kritis
Menurut Johnson (1991), merumuskan istilah berpikir kritis (critical thinking) secara etimologi menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krenein” yang berarti menaksir nilai sesuatu. Ia menjelaskan bahwa kritik adalah perbuatan seorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas seorang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap sesuatu hasil. The Group of Five (Etnis 1989; Lipman 1988; Siegel 1988; Paul 1989; McPeck 1981), menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan subtansi dari kemampuan berpikir kritik yaitu Berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif, berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan, berpikir kritik mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda. Sedangkan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktek dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu, berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut Lipman (1988), layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.      Creative thinking atau ketrampilan berpikir kreatif.
Menurut Savage and Amstrong (1996), syarat untuk memasuki sikap berpikir kritis adalah sikap siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru; siswa membuat pertimbangan dan penilaian atau taksiran berdsarkan kreteria yang dapat dipertanggung jawabkan. Preston dan Herman (1974), inkuiri dan ketrampilan berpikir kritis tumbuh subur di kelas III. Menurut (Wiken, 1995; Beyer, 1985; Fraenkel, 1980), pengajaran berpikir kritis meliputi pendekatan, strategi, perencanaan, dan sikap siswa dalam berpikir kritis. Model ini pernah dijelaskan oleh beliau pada Studi sosial di Amerika Serikat.

Ketrampilan berpikir kritis menurut Beyer ada 10, yaitu :
a)      Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat.
b)      Menentukan reliabilitas sumber.
c)      Menentukan akurasi fakta dari suatu pertanyaan.
d)     Membedakan informasi.
e)      Mendeteksi penyimpangan.
f)       Mengindentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.
g)      Mengindentifikasi tuntutan dan argumentasi yang tidak jelas.
h)      Mengakui perbuatan yang keliru dan konsisten.
i)        Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat dipertanggung jawabkan.
j)        Menentukan kekuatan argument.

Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang cukup efektif untuk Proses Belajar Mengajar (PBM), ialah Strategi innduktif yang bersifat direktif. Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru adalah :
a)      Memperkenalkan ketrampilan ,dan kemudian siswa
b)      Mencobakan ketrampilan sebaik mungkin,
c)      Menggambarkan serta mengartikulasi apa yang terjadi dalam pikiran ketika menerapkan ketrampilan tersebut.
d)     Menerapkan pengetahuan tentang ketrampilan baru untuk diterapkan lagi, dan akhirnya;
e)      Meninjau lagi apa yang terpikir ketika ketrampilan itu diterapkan.

Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang ke-2 adalah strategi direktif yang artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk menguasai dan memahami betul komponen ketrampilan tersebut sejak permulaan. Strategi ini digunakan bila ketrampilan siswa agak kompleks. Dalam strategi ini memerlukan bimbingan khusus.
Beyer merumuskan ada 5 langkah dalam penerapan strategi direktif, yaitu :
a)      Memperkenalkan ketrampilan berpikir kritis.
b)      Menjelaskan prosedur dan aturan ketrampilan.
c)      Menunjkan bagaimana ketrampilan itu digunakan di kemudian hari.
d)     Menerapkan ketrampilan tersebut mengikuti langkah dan aturan yang jelas.
e)      Menggambarkan tentang apa yang terjadi dalam pikiran siswa ketika ketrampilan itu diterapkan.



Kegiatan Belajar 3
Implementasi Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun masalah sosial sangat diperlukan karena pada hakekatnya siswa hidup ditengah lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-benih munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa, maka salah satu indikator dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat.

Model pembelajaran “problem solving” pemecahan masalah merupakan alternatif model pembeljaran dalam IPS.

1.      Model pembelajaran “problem solving”.
Ada 4 tahapan proses pemecahan masalah menurut Savage dan Armstrong, yaitu :
a.       Mengenal adanya masalah.
b.      Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya.
c.       Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut.
d.      Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan menurut wilkins (1990), menguraikan 6 langkah model pembelajaran “problem solving”, yaitu :
a.       Mengklarifikasikan dan mendefinisikan masalah.
b.      Mencari alternatif solusi.
c.       Menguji alternatif solusi.
d.      Memilih solusi.
e.       Bertindak sesuai dengan pilihan solusi.
f.       Tindak lanjut (follow-up).

2.      Model “problem solving” inkuiri atau model pembelajaran penemuan.
Secara umum batasan yang tegas antara tiga pendekatan/ model pembelajaran tersebut belum ada kesepakatan. Persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah semua mensyaratkan adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar melalui proses penelitian, yaitu meneliti hubungan antar sejumlah data/ informasi untuk tercapainya suatu solusi.

Untuk mengatasi kerancuan, Welton and mallan (1988) mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran “problem solving” agak berbeda bila diterapkan pada mata pelajaran yang berbeda.






























Kegiatan Belajar 4
Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan

1.      Model pembelajaran pengambilan keputusan.
Makna konsep pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengan kemampuan berfikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Banks (1990), menyatakan tujuan dasar inkuiri sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori.

Savage and Armstrong (1996) mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran, pengambilan keputusan sebagai alternatif, yaitu :
a)      Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah.
b)      Mengemukakan jawaban-Jawaban alternatif.
c)      Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif.
d)     Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif.
e)      Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif.
f)       Membuat pilihan dari berbagai alternatif.
g)      Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.

Menurut Banks ada 2 syarat untuk melaksanakan model pembelajaran pengambilan keputusan adalah pengetahuan sosial dan metode cara mencapai pengetahuan. Kerlinger menyimpulkan ada 4 motode memperoleh pengetahuan, yaitu :
a)      Berpegang pada apa yang telah diketahui kebenarannya (method of tenacity).
b)      Mencari informasi untuk mempercayai (method of authority).
c)      Mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a apriori method).
d)     Metode ilmiah (method of science).

Menurut Banks langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan keputusan secara sekuensial, sebagai berikut :
a)      Mengenal masalah yang perlu diambil keputusan
b)      Perolehan pengetahuan melalui inkuiri ilmu sosial.
c)      Mengorganisir masalah dan pengetahuan untuk bahan pembelajaran.
d)     Inkuiri nilai.
e)      Pengambilan keputusan dan tindakan untuk warga negara.
f)       Menentukan urutan tindakan.
g)      Memberi kesempatan kepada warga negara untuk bertindak dan berpartisipasi (dilingkungan masyarakat dan sekolah).


0 komentar:

Next Prev
▲Top▲