MODUL 11
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS
YANG KREATIF, INOVATIF, DAN MENYENANGKAN
Kegiatan
Belajar 1
Hakikat
dan Peranan Model Pebelajaran Konsep Dasar IPS
Istilah “Inquiry” berkaitan dengan masalah dan
penelitian untuk menjawab suatu masalah.
Rogers
(1969) menyatakan bahwa Inquiry merupakan proses untuk mengajukan pertanyaan
dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berfikir
reflektif dan / Discovery.
Inquiry
dibutuhkan sebagai metode untuk mengkaji fenomena./ Menurut para ahli,
pendekatan inkuiri adalah salah satu cara unutk mengatasi masalah kebosanan
siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat kepada sisawa
( Student – Centered – Instruction ).
Tujuan utama inkuiri sosial adalah memberikan
kontribusi untuk para pengambil kebijakan dalam menghasilkan
keputusan-keputusannya.
Banks mengemukakan langkah-langkah medel
pembelajaran inkuiri untuk kelas OPS sebagai Berikut :
§ Pertama,
Perumusan Masalah ( Problem Formmulation )
Syarat
suatu masalah yang harus lengkap, tepat, dan dapat diteliti.
§ Kedua,
Perumusan Hipotesis ( Formulation Of Hypotheses )
Pernyataan
atau dalil sementara yang dirumuskan oleh seorang peneliti untuk mengarahkan penelitian disebut hipotesis.
§ Ketiga,
Definsis Istilah ( Konseptualisme )
Kesulitannya
adalah konsensus tentang arti konsep / istilah yang belu ada. Contoh konsep
ilmu- ilmu sosial seperti istilah
agresi, kelas sosial dan perilaku sosial
§ Keempat,
Pengumpulan Data ( Collection Of Data )
§ Para
ilmuan biasanya menggunakan tiga metode utama pengumpulan data untuk melakukan analisis, ialah eksperimen, survei
sampel, dan studi kasus. Dapat juga menggunakan kajian historis, analisis lateratur, dan teknik lainnya.
§ Kelima,
Pengujian dan Analisis Data ( Evaluation and Analisys Of Data )
Instrumen
yang telah teruji Validitasnya oleh ilmuan lain maka biasanya data itu akan
lebih terpercaya daripada data
uyang dikumpulkan denga instruen hasil konstruksinya sendiri.
-
Keenam, Menguji Hipotesis untuki
memperoleh Generalisasi dan Teori.
Hipotesis
yang dikaitkan denga pertanyaan perlu dirumuskan. Ketika data dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha menguji
apakah hipotesisnya dapat dibuktikan dengan berdasarkan pada informasi yang telah terkumpul
-
Ketujuh, memulai inkuiri lagi
Model
pembelajaran inkuiri yang digambarkan dapat berdaur ulang dan tidak bersifat
linier / terputus.
Kegiatan Belajar 2
Model –Model Pembelajaran
Konsep Dasar IPS
Model atau desain pembelajaran keterampilan berpikir (thinking
skills) ada 2
model, yaitu :
1. Critical
thinking skills atau keterampilan berpikir kritis
Menurut Johnson (1991), merumuskan
istilah berpikir kritis (critical thinking) secara etimologi menyatakan bahwa
kata “critic” dan “critical” berasal dari “krenein” yang berarti menaksir nilai
sesuatu. Ia menjelaskan bahwa kritik adalah perbuatan seorang yang
mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas seorang
berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap sesuatu
hasil. The Group of Five (Etnis 1989; Lipman 1988; Siegel 1988; Paul 1989;
McPeck 1981), menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan subtansi dari kemampuan
berpikir kritik yaitu Berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif,
berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan, berpikir kritik
mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara
berbeda-beda. Sedangkan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran,
menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktek dari suatu
pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu, berpikir kritis meliputi aktivitas
mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut Lipman
(1988), layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Creative
thinking atau ketrampilan berpikir kreatif.
Menurut Savage and Amstrong (1996),
syarat untuk memasuki sikap berpikir kritis adalah sikap siswa memunculkan
ide-ide atau pemikiran baru; siswa membuat pertimbangan dan penilaian atau
taksiran berdsarkan kreteria yang dapat dipertanggung jawabkan. Preston dan
Herman (1974), inkuiri dan ketrampilan berpikir kritis tumbuh subur di kelas
III. Menurut (Wiken, 1995; Beyer, 1985; Fraenkel, 1980), pengajaran berpikir
kritis meliputi pendekatan, strategi, perencanaan, dan sikap siswa dalam
berpikir kritis. Model ini pernah dijelaskan oleh beliau pada Studi sosial di
Amerika Serikat.
Ketrampilan berpikir kritis menurut
Beyer ada 10, yaitu :
a)
Membedakan antara fakta dan nilai dari
suatu pendapat.
b)
Menentukan reliabilitas sumber.
c)
Menentukan akurasi fakta dari suatu
pertanyaan.
d)
Membedakan informasi.
e)
Mendeteksi penyimpangan.
f)
Mengindentifikasi asumsi yang tidak
dinyatakan.
g)
Mengindentifikasi tuntutan dan
argumentasi yang tidak jelas.
h)
Mengakui perbuatan yang keliru dan
konsisten.
i)
Membedakan antara pendapat yang tidak
dan dapat dipertanggung jawabkan.
j)
Menentukan kekuatan argument.
Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang cukup
efektif untuk Proses Belajar Mengajar (PBM), ialah Strategi innduktif yang
bersifat direktif. Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru adalah :
a)
Memperkenalkan ketrampilan ,dan kemudian
siswa
b)
Mencobakan ketrampilan sebaik mungkin,
c)
Menggambarkan serta mengartikulasi apa
yang terjadi dalam pikiran ketika menerapkan ketrampilan tersebut.
d)
Menerapkan pengetahuan tentang
ketrampilan baru untuk diterapkan lagi, dan akhirnya;
e)
Meninjau lagi apa yang terpikir ketika
ketrampilan itu diterapkan.
Menurut Beyer strategi berpikir kritis yang ke-2 adalah
strategi direktif yang artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk menguasai
dan memahami betul komponen ketrampilan tersebut sejak permulaan. Strategi ini
digunakan bila ketrampilan siswa agak kompleks. Dalam strategi ini memerlukan
bimbingan khusus.
Beyer merumuskan ada 5 langkah dalam penerapan strategi
direktif, yaitu :
a)
Memperkenalkan ketrampilan berpikir
kritis.
b)
Menjelaskan prosedur dan aturan
ketrampilan.
c)
Menunjkan bagaimana ketrampilan itu
digunakan di kemudian hari.
d)
Menerapkan ketrampilan tersebut
mengikuti langkah dan aturan yang jelas.
e)
Menggambarkan tentang apa yang terjadi
dalam pikiran siswa ketika ketrampilan itu diterapkan.
Kegiatan Belajar 3
Implementasi Model-Model
Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun
masalah sosial sangat diperlukan karena pada hakekatnya siswa hidup ditengah
lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-benih munculnya masalah. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa, maka salah satu
indikator dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat.
Model pembelajaran “problem solving” pemecahan masalah merupakan
alternatif model pembeljaran dalam IPS.
1. Model
pembelajaran “problem solving”.
Ada 4 tahapan proses pemecahan
masalah menurut Savage dan Armstrong, yaitu :
a.
Mengenal adanya masalah.
b.
Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan
untuk pemecahannya.
c.
Memilih dan menerapkan
pendekatan-pendekatan tersebut.
d.
Mencapai solusi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Sedangkan menurut wilkins (1990), menguraikan 6 langkah
model pembelajaran “problem solving”, yaitu :
a.
Mengklarifikasikan dan mendefinisikan
masalah.
b.
Mencari alternatif solusi.
c.
Menguji alternatif solusi.
d.
Memilih solusi.
e.
Bertindak sesuai dengan pilihan solusi.
f.
Tindak lanjut (follow-up).
2. Model
“problem solving” inkuiri atau model pembelajaran penemuan.
Secara umum batasan yang tegas
antara tiga pendekatan/ model pembelajaran tersebut belum ada kesepakatan.
Persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah semua mensyaratkan
adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar melalui proses
penelitian, yaitu meneliti hubungan antar sejumlah data/ informasi untuk
tercapainya suatu solusi.
Untuk mengatasi kerancuan, Welton
and mallan (1988) mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran “problem
solving” agak berbeda bila diterapkan pada mata pelajaran yang berbeda.
Kegiatan Belajar 4
Model Desain Pembelajaran
Pengambilan Keputusan
1. Model
pembelajaran pengambilan keputusan.
Makna konsep pengambilan keputusan
(decision making) berkaitan dengan kemampuan berfikir tentang alternatif
pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan
tentang nilai pribadi dan masyarakat. Banks (1990), menyatakan tujuan dasar
inkuiri sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta,
konsep, generalisasi dan teori.
Savage and Armstrong (1996)
mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran, pengambilan keputusan sebagai
alternatif, yaitu :
a)
Mengidentifikasi persoalan dasar atau
masalah.
b)
Mengemukakan jawaban-Jawaban alternatif.
c)
Menggambarkan bukti yang mendukung
setiap alternatif.
d)
Mengidentifikasi nilai-nilai yang
dinyatakan dalam setiap alternatif.
e)
Menggambarkan kemungkinan akibat setiap
pilihan alternatif.
f)
Membuat pilihan dari berbagai
alternatif.
g)
Menggambarkan bukti dan nilai yang
dipertimbangkan dalam membuat pilihan.
Menurut Banks ada 2 syarat untuk melaksanakan model
pembelajaran pengambilan keputusan adalah pengetahuan sosial dan metode cara
mencapai pengetahuan. Kerlinger menyimpulkan ada 4 motode memperoleh
pengetahuan, yaitu :
a)
Berpegang pada apa yang telah diketahui
kebenarannya (method of tenacity).
b)
Mencari informasi untuk mempercayai
(method of authority).
c)
Mengetahui sesuatu karena telah
disepakati kebenarannya (a apriori method).
d)
Metode ilmiah (method of science).
Menurut Banks langkah-langkah yang dianjurkan dalam
melakukan proses pengambilan keputusan secara sekuensial, sebagai berikut :
a)
Mengenal masalah yang perlu diambil
keputusan
b)
Perolehan pengetahuan melalui inkuiri
ilmu sosial.
c)
Mengorganisir masalah dan pengetahuan
untuk bahan pembelajaran.
d)
Inkuiri nilai.
e)
Pengambilan keputusan dan tindakan untuk
warga negara.
f)
Menentukan urutan tindakan.
g)
Memberi kesempatan kepada warga negara
untuk bertindak dan berpartisipasi (dilingkungan masyarakat dan sekolah).
0 komentar:
Posting Komentar