PDGK4105 Strategi Pembelajaran di SD Modul 2

| Minggu, 05 April 2015
MODUL 2
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR


            Dalam Modul ini, Anda akan mempelajari karakteristik belajar siswa Sekolah Dasar. Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu :
a.                   menjelaskan pengertian belajar;
b.                  menjelaskan hakikat belajar;
c.                   mengidentifikasi karakteristik belajar di Sekolah Dasar;
d.                  menjelaskan tahapan perkembangan anak Sekolah Dasar;
e.                   menjelaskan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.

            Agar proses belajar efektif, guru harus memahami bahwa tugas dan peranannya dalam mengajar harus berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator, dan nara sumber atau pemberi informasi. Proses belajar bergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar, karena semua aktivitas siswa dalam belajar selalu berdasaran skenario yang dikembangkan oleh guru. Pandangan guru terhadap belajar selalu berkaitan dengan makna dan operasionalisasi tugas mengajar. Pandangan mengajar yang dianggap paling sesuai dengan kebutuhan dan hakikat belajar saat ini adalah bahwa mengajar merupakan suatu proses membimbing, memberikan informasi dan mengatur lingkungan sehingga terjadi proses belajar yang efektif.     

            Untuk membantu Anda mendapatkan semua kemampuan tersebut, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan contoh mengenai :
a.         pengertian belajar;
b.         karakteristik belajar di Sekolah Dasar;
c.         tahapan perkembangan anak Sekolah Dasar;
d.         kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.


Kegiatan Belajar 1
Pengertian Pelajar

            Untuk mencapai target kurikulum yang telah ditetapkan, guru harus berupaya menerapkan kurikulum secara maksimal dan efektif. Kegiatan yang paling menentukan dalam keberhasilan penerapan kurikulum adalah proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu proses yang harus ditempuh siswa, tetapi esensi dan hakikatnya harus dipahami oleh guru agar dalam pelaksanaannya guru dapat mengelola dan membinmbing proses pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah belajar yang efektif. Di samping itu, guru akan dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang optimal dalam rangka mendukung proses guna mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, guru perlu belajar memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan ciri-ciri perubahan yang disebabkan oleh belajar.

A.        Pengertian Belajar
            Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku (a change in behavior). Ernest R. Hilgard (1948) menyatakan bahwa learning is the process by which an activity or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atrisutable to training. Jadi, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

            Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengalaman (learning is experience), artinya belajar itu suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi prose mental, intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
            Contohnya adalah seseorang yang belajar badminton. Ia akan melakukan latihan mengayunkan raket dengan cara memegang yang benar, menepuk bola, backhand dan forehand yang merupakan pengalaman belajar. Pengalaman belajar lainnya meliputi :
1.                  Bagaimana cara-cara ia menentukan arah pukulan? Dalam hal ini ia (yang dilatih) harus berpikir, berkonsentrasi, dan memvisualisasikan diri ke dalam perbuatan dan mencobakannya ke dalam bentuk latihan.
2.                  Bagaimana cara-cara ia belajar menerima kritikan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya? Ia akan mengontrol perasaan, dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan sesuai isi kritik yang diberikan padanya.
3.                  Bagaimana ia memperoleh pemahaman prinsip dan sikap yang dibutuhkan? Ia akan mengalami peristiwa-peristiwa dalam situasi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya dan dari situ ia memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan (bersifat reaktif) yang dibutuhkannya.
4.                  Bagaimana ia belajar membina kekkompakan dalam kelompok? Tentunya ia akan berdiskusi dengan teman dan kelompoknya, menempatkan posisi, melakukan tugas, dan tanggung jawab.

            Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

B.        Hakikat Belajar
            Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
            Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami substansi materi yang dipelajarinya.
            Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target dalam belajar adalah proses melakukan atau proses berbuat. Dalam hal ini siswa harus mengerjakan, menerapkan, menyelesaikan persoalan, melakukan eksperimen, penyelidikan, penemuan, pengamatan, simulasi dan sejenisnya.
             Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu hidup dalam kelompok.
            Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kemampuannya.

C.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
            Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dalam dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).
1.      Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatann belajar; yakni sangat cepat, sedang dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat / media.
2.      Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas.


Kegiatan Belajar 2
Karakteristik Proses Belajar Dan Tahapan
Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

            Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah prilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Proses belajar mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh desain pelajaran maupun strategi yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
            Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Berdasarkan teori perkembangan setiap siswa memiliki tahapan perkembangan sesuai dengan tingkat usianya. Artinya setiap proses belajar yang ditempuh siswa harus berdasarkan pada fase perkembangannya.
            Seperti telah dikemukakan, bahwa proses belajar merupakan rangkaian aktivitas siswa melalui pengalaman belajar (learning experience) untuk membentuk perilaku siswa.

A.        Karakteristik Proses Belajar di Sekolah Dasar
            1.         Proses Belajar Berdasarkan Teori dan Tipe Belajar
                        Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif, keterampilan dan sikap. Pebelajar (siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui pengalaman, latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses untuk mengubah perilaku.
a.       Teori Belajar
Ada beberapa belajar yang dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar di Sekolah Dasar.

1)      Teori Belajar Displin Mental
Karakteristik teori belajar ini menganut prinsip bahwa manusia memiliki sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir dan sebagainya yang dapat dilatih dan didisplinkan. Proses belajar berpikir, mengamati dan mengingat dapat dilakukan siswa SD kelas rendah, yang meliputi a) belajar mengidentifikasi ciri-ciri karakteristik suatu benda atau kejadian, misalnya; “menguraikan atau menjelaskan ciri-ciri tumbuhan hijau”. b) menyebutkan kembali nama-nama ibu kota provinsi di Indonesia. Belajar itu sendiri merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu. Potensi-potensi yang dimiliki individu dapat dikembangkan secara optimal melalui kegiatan belajar.

2)      Teori Belajar Asosiasi
Rumpun teori belajar ini identik dengan teori behaviorisme yang biasa disebut S-R Bond. Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada perubahan tingkah laku yang menekankan pola perilaku baru yang diulang-ulang sehingga menjadi aktivitas yang otomatis. Dalam teori ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-respons yang membetuk kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol. Hukuman (punishment) dan ganjaran (reward) merupakan penguatan (reinforcement) yang dipakai. Pelopor aliran ini diantaranya Edward L. Thorndike.

3)      Teori Insight
Menurut teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa. Perubahan ini akan terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang bersifat eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yaitu berpikir tinggi.

4)      Teori belajar Gestalt
Menurut teori belajar ini siswa merupakan individu yang utuh. Oleh karenanya, belajar lebih mengutamakan keseluruhan, kemudia melihat bagian-bagiannya yang mengandung makna dan hubungan. Pembelajaran selalu diberikan dalam bentuk problematik, aktual dan nyata (sedang terjadi saat ini maupun saat yang akan datang).

Siswa belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving), melakukan penyelidikan (inquiry), melakukan penemuan (discovery) dan kajian (investigation).

Dalam prakteknya penerapan teori belajar tersebut digunakan bercampur, tidak murni satu per satu.

b.      Tipe Belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal kita perlu mengenal beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne ada 8 tipe belajar yang dapat dilakukan siswa, yaitu :
1)                  Signal learning (belajar melalui isyarat)
Belajar isyarat merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi respons yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan emosional.

2)                  Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan tindak balas).
Belajar stimulus-respons merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui pengkondisian stimulus untuk menghasilkan suatu tindak-balas (respons).

3)                  Chaining learning (belajar melalui perangkaian)
Belajar chaining merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui beberapa stimulus-respons (S-R) yang berangkai; dalam bahasa contohnya “Ibu-Bapak”, “kampung-halaman”. Chaining contoh; dari pulang tugas mengajar, buka sepatu, menyimpan tas, ganti baju, makan dan seterusnya.

4)                  Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal)
            Belajar verbal association merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui perkaitan verbal. Perkaitan ini bisa dimulai dari yang sederhana.

5)                  Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan)
            Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui proses membeda-bedakan objek yang abstrak maupun konkret. Sesuatu yang berkaitan dengan ruang, bentuk, peristiwa, gambar dan lambang.

6)                  Concept learning (belajar melalui konsep)
            Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui pemahaman terhadap sesuatu benda, peristiwa, kategori, golongan dan suatu kelompok. Yang dimaksud konsep itu sendiri adalah karakteristik, atribut atau definisi sesuatu objek. Konsep yang konkret dapat ditunjukkan bendanya sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep menurut definisi.

7)                  Rule learning (belajar melalui aturan-aturan)
            Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui aturan. Belajar melalui aturan merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya memahami aturan-aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui aturan berarti belajar melalui dalil-dalil, rumus-rumus, dan ketentuan.

8)                  Problem solving learning (belajar melalui pemecahan masalah)
Tipe belajar ini dapat membentuk prilaku melalui kegiatan pemecahan masalah. Tipe belajar ini merupakan belajar yang dapat membentuk siswa berpikir ilmiah dan kritis yang termasuk pada belajar yang menggunakan pemikiran atau intelektual tinggi.
c.       Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalui diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku seperti contoh di atas.

Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan : 1) kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan; 2) kemampuan mengindentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar; 3) kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan; dan 4) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.

B.        Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
                        Siswa Sekolah Dasar merupakan individu unik yang memiliki karakteristik tertentu, bersifat khas dan spesifik. Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang berkembang. Perkembangan siswa akan dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal in pendidikan maupun pembelajaran sangat dominan memberikan kontribusi untuk membantu dan mengarahkan perkembangan siswa supaya menjadi positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan perkembangan yang berbeda-beda dan bersifat  individual.

            Perkembangan siswa Sekolah Dasar usia 6 – 12 tahun yang termasuk pada perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase yang unik dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang bersangkutan. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan berikut.
1.                  Perkembangan Fisik
            Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan perkembangan motorik. Siswa pada tingkat Sekolah Dasar, kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah (refined motor skills), tetapi berat badan siswa laki-laki lebih ramping daripada siswa perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat daripada laki-laki.

2.                  Perkembangan Sosial
            Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada pemisahan kelompok jenis kelamin (separation of the sexs) sehingga dalam pengelompokkan, siswa lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan belajar.

3.                  Perkembangan Bahasa
            Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa yang halus dan kompleks.

4.                  Perkembangan Kognitif
            Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara-cara belajar baik yang berorientasi pada peningkatan berpikir logis maupun kemampuan manipulatif. Siswa dapat melihat beberapa faktor dan mengkombinasikannya dengan berbagai cara untuk mecapai hasil yang sama.
            Perkembangan kognitif pada siswa Sekolah Dasar berlangsung secara dinamis. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dalam fase konkret operasional pada siswa Sekolah Dasar, acuannya adalah terbentuknya hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
            Piaget mengemukakan bahwa pada usia Sekolah Dasar siswa akan memiliki kemampuan berpikir operasional konkret (concrete operation) yang disebut sebagai masa performing operation.

5.                  Perkembangan Moral
            Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah kemampuan bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain yang dianggap berbuat baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila orang lain merasa senang.

6.                  Perkembangan Eksresif
            Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan seni (art). Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya.

7.                  Aspek-aspek Intelegensi
            Dalam psikologi, teori Gardner (Utami Munandar, 1999; 265) membedakan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari itu tidak berfungsi dalam bentuk murni tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari ketujuh intelegensi tersebut. Aspek-aspek intelegensi tersebut dapat ditumbuhkembangkan pada setiap siswa. Aspek intelegensi tersebut diantaranya adalah :
a.                   Intelegensi linguistik, yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan kegunaan fungsi-fungsi bahasa.
b.                  Intelegensi logis-matematis, yaitu kemampuan untuk menjajaki pola-pola, kategori, dan hubungan-hubungan dengan manipulasi objek-objek atau simbol-simbol, dan kepekaan kemampuan berpikir logis.

c.                   Intelegensi spasial, yaitu kemampuan untuk mengamati secara mental, memanipulasi bentuk dan objek; atau kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.

d.                  Intelegensi musik, yaitu kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan atau mengubah musik termasuk kemampuan menghasilkan dan mengekpresikan ritme nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.

e.                   Intelegensi fisik-kinestetik, yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan motorik halus dan kasar dan halus dalam olah raga seni dan produk-produk seni pertunjukan serta keterampilan meliputi kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil.

f.                   Intelegensi intrapribadi, yaitu kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pemahaman perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri, dan memahami kekuatan maupun kelemahan diri sendiri.

g.                  Intelegensi interpribadi, yaitu suatu kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain, serta memahami hubungan dengan orang lain.


8.                  Aspek Kebutuhan Siswa

            Selain aspek perkembangan siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu dipertimbangkan aspek kebutuhan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan materi apa yang akan dipelajari siswa. Secara umum ada dua kebutuhan siswa : 1) psiko-biologis yang dinyatakan dalam keinginan, minat, tujuan, harapan dan masalahnya; 2) sosial yang berkaitan dengan tuntutan lingkungan masyarakat, biasanya menurut pandangan orang dewasa.

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲